Kasus selesai
Pagi itu sekolah smkn1pinrang
berjalan seperti biasanya, ya….atau mungkin terlalu biasa, bagi sejumlah anak
lainnya, hari ini tetaplah membosankan, tidak terkecuali oleh tiga siswa yaitu
akbar, jorais dan jahari, semuanya merasa seperti biasanya, sampai mereka
menemukan sesuatu yang membuat mereka merubah hari itu menjadi lebih menantang,
dalam kasus ini, selembar kertas akan membuat semuanya berubah
penerang dalam kegelapan
Dirimu adalah setitik terang didalam
kehidupan kami
Kau yang mengajari kami,
Agar tidak terombang ambing,
Menghadapi kerasnya hidup ini,
Kau yang mengajari kami,
Agar selalu mendekatkan diri, pada yang
kuasa,
Kau bagaikan peneduh dikala teriknya
matahari,
Kebodohan yang menguasai jagad raya
ini,
Percikan-percikan semangat yang telah
kau berikan kepada kami
Telah masuk dan mengalir,didalam tubuh
dan darah kami,
Dikala masalah yang menghampirimu,
Senyuman yang tulus tak pernah pudar,
Seperti senyum dan semangat juangmu
yang selalu terpancar.
sahabat dalam imajinasi
Dimalam yang gelap,
Yang penuh dengan kesunyian,
Saat insane lain telah terlelap,
Kutatap bintang dilangit dan kubuat rasi
wajahmu,
Yang penuh dengan kelembutan,
Kutatap rasi tersebut dan kuteringat
akan dirimu
Yang selalu menemaniku,
Saat suka maupun duka,
Yang mengajariku untuk selalu tersenyum,
Menghadapi sgala hal,
Yang selalu menemaniku
Dari terbitnya fajar,hingga terbenang
kembali
Tapi…..
Wajahmu yang telah kunuat,
Telah hilang, seiring dengan terbitnya
sang fajar
Akan tetapi…..
Kamu akan selalu ada, didalam
imajinasiku.
ayah yang bahagia
Kubayangkan butir air mata memenuhi
pelupuk matamu
saat kau membacakan baris-baris kasih sayang
kepada buah hatimu
Kusapa, ada beberapa butir air mata menggantung di sukmaku
hendak menyeruak ke dunia menemani keharuanmu
Tak ada yang dapat kuucapkan hari ini
seperti hari kemarin, aku hanya bisa membisu
coba kutulis beberapa kata ungkapan kehormatan
kepadamu yang kini duduk menyaksikan ilham Allah
merasuki tulang-tulang tuamu.
Adakah aku akan melihat orang tuaku
sebahagia lantunan nyanyian hatimu
yang hendak menempuh tahap tertinggi kodrat manusia?
aku merenung menggores bayangan butiran air matamu
yang terdorong keluar oleh kebahagiaan
aku berusaha menutupi jalan untuk air mataku
yang tak sanggup menahan keharuan
menuntut jalan keluar,
mungkin hendak berteman dengan air matamu
saat kau membacakan baris-baris kasih sayang
kepada buah hatimu
Kusapa, ada beberapa butir air mata menggantung di sukmaku
hendak menyeruak ke dunia menemani keharuanmu
Tak ada yang dapat kuucapkan hari ini
seperti hari kemarin, aku hanya bisa membisu
coba kutulis beberapa kata ungkapan kehormatan
kepadamu yang kini duduk menyaksikan ilham Allah
merasuki tulang-tulang tuamu.
Adakah aku akan melihat orang tuaku
sebahagia lantunan nyanyian hatimu
yang hendak menempuh tahap tertinggi kodrat manusia?
aku merenung menggores bayangan butiran air matamu
yang terdorong keluar oleh kebahagiaan
aku berusaha menutupi jalan untuk air mataku
yang tak sanggup menahan keharuan
menuntut jalan keluar,
mungkin hendak berteman dengan air matamu
getaran itu semakin lama semakin sayup... perlahan
getaran itu melemah dan berhenti
seperti denyut nadi anak-anak ingusan
tak terdengar mereka oleh gesekan angin
Jika demokrasi adalah judul terindah bagi suatu bangsa
maka bangsaku hendak menggunakannya pula
mereka mengorbankan jiwa dengan sukarela atau dengan pesan
mereka sama-sama berdarah dan bahkan hilang oleh dahaga tanah
aliran sari-sari makanan kebebasan tak pernah sampai
tersebar ke seluruh tubuh
berhenti mereka di antara lembaran-lembaran kertas berstempel
Maaf jika hidupku adalah demokrasi
nampaknya ia tak punya judul lagi
kadang saya merasa sangat berharga dan ingin hidup
seperti jiwa Chairil Anwar
namun kadang saya menemukan ketidakbernilaian
yang mendorongku untuk mengakhiri hidup
telah mati
bersama judul tulisan-tulisan tentang Hidup ini.
getaran itu melemah dan berhenti
seperti denyut nadi anak-anak ingusan
tak terdengar mereka oleh gesekan angin
Jika demokrasi adalah judul terindah bagi suatu bangsa
maka bangsaku hendak menggunakannya pula
mereka mengorbankan jiwa dengan sukarela atau dengan pesan
mereka sama-sama berdarah dan bahkan hilang oleh dahaga tanah
aliran sari-sari makanan kebebasan tak pernah sampai
tersebar ke seluruh tubuh
berhenti mereka di antara lembaran-lembaran kertas berstempel
Maaf jika hidupku adalah demokrasi
nampaknya ia tak punya judul lagi
kadang saya merasa sangat berharga dan ingin hidup
seperti jiwa Chairil Anwar
namun kadang saya menemukan ketidakbernilaian
yang mendorongku untuk mengakhiri hidup
telah mati
bersama judul tulisan-tulisan tentang Hidup ini.
Langganan:
Postingan (Atom)