Diposting oleh
Unknown
Saat langit malam penuh bintang, kadang tampak melesat
seberkas cahaya seolah-olah ada bintang yang jatuh. Arahnya sukar ditebak dan
muncul sembarang waktu. Penampakannya sangat singkat karenanya dahulu kala
disebut bintang beralih, bintang jatuh. Bahkan bintang hantu. Benda langit ini
bukan bintang sejati melainkan salah satu penjelajah kecil di tata surya yaitu
meteor. Keberadaannya baru disadari tahun 1803 saat di Perancis terjadi
"hujan meteor".
Meteor berasal dari materi debu dan batuan aneka ukuran yang
jumlahnya bertrilyun buah mengisi ruang di tata surya. Yang dekat planet bisa
jatuh ke planet termasuk bumi akibat gaya grafitasi. Bila ke bumi akan menembus
angkasa dan bergesekan dengan materi atmosfer lalu terbakar. Umumnya berpijar
di ketinggian antara 50 - 150 km. Saat terbakar itulah disebut meteor,
sementara calon meteor disebut meteoroid.
Bila meteoroid-nya besar dan tidak habis terbakar, sisanya
sampai di bumi disebut meteorit. Lokasi jatuhnya pun tersebar diseluruh muka
bumi. Semisal di Hoba-Afrika (60 ton), Greenland (36 ton), bahkan di Indonesia
ditemui beberapa cukup besar. Kalau yang jatuh berukuran besar, dampaknya luar
biasa. Ini tidak lepas dari kecepatan jatuhnya yang bisa mencapai 60 km/detik.
Umumnya kalau jatuh di daratan akan akan membentuk semacam kawah seperi di
Arizona-Amerika Serikat, yaitu kawah Barringer yang dalamnya 200 m dengan
diameter 1.250 m.
Dari penelitian ternyata meteoroid bukan hanya berasal dari
materi antar planet, namun juga dari bulan, planet mars, komet, asteroid, dsb.
Kini diketahui unsur pembentuk meteoroid umumnya terdiri dari batuan silikat
(jenis aerolit), logam (siderit), atau campuran (siderolit/litosiderit).
Terbanyak jenis aerolit, 61%.
Pada waktu tertentu dan secara berkala tiap tahun, terjadi
fenomena hujan meteor. Arah datangnya seolah dari satu titik (titik radian)
akibat perspektif belaka, ibarat melihat rel kereta api yang bertemu
dikejauhan. Hujan meteor ternyata berkait erat dengan penjelajah kecil lainnya
yaitu komet dan asteroid.
Mengenai komet, penampakannya di malam hari khas mirip
dengan sebentuk ekor dan itulah yang menyebabkan dia dijuluki bintang berekor.
Ada yang menamakan lintang kemukus, bintang sapu, bintang berasap, bahkan si
rambut gondrong. Penampilannya memang berbeda dengan benda langit lainnya.
Wajahnya agak kabur berkabut termasuk ekornya yang kadang sangat panjang.
Sebagai salah satu penjelajah kecil di tata surya, komet juga mengedari
matahari. Bila mendekati bumi, komet bisa dilihat bahkan kadang cemerlang.
Pergeserannya yang sangat lambat berlatar belakang bintang membuatnya dapat
diamati berhari-hari bahkan sampai terbilang bulan.
Banyak ahli yang mencoba menguak misteri komet yang ternyata
jumlahnya sangat berlimpah. Antara lain Halley dengan perhitungan orbitnya,
Whipple yang meneliti struktur intinya, Jan Oort yang menguak daerah asalnya,
dsb. Kini telah dikenal komet berperiode panjang semisal komet Kohoutek,
Hyakutake, Hale-Bopp. Ada yang berperiode pendek semisal komet Halley, Biela,
dan Encke. Ini berkait dengan periode edarnya. Ada pula komet yang begitu dekat
dengan matahari sedemikian hingga hancur lebur. Yang unik, ada komet yang tidak
mengedari matahari melainkan mengedari planet jupiter. Terdapat 40-an komet,
salah satunya Shoemaker-Levy 9 yang hancur pada tahun 1994 karena jatuh ke
planet tersebut.
Sebenarnya komet terdiri dari bongkahan salju kotor berasal
dari pinggiran tata surya yang karena gangguan tertentu mendekati matahari.
Dengan adanya kombinasi tekanan radiasi dan lontaran angin matahari akhirnya terlihat
seperti bintang berekor karena membubuskan materi. Melihat hal ini, maka
sepanjang jejaknya penuh materi dan kalau bumi masuk ke jejak tersebut dapat
menyebabkan hujan meteor.
Saat langit malam penuh bintang, kadang tampak melesat
seberkas cahaya seolah-olah ada bintang yang jatuh. Arahnya sukar ditebak dan
muncul sembarang waktu. Penampakannya sangat singkat karenanya dahulu kala
disebut bintang beralih, bintang jatuh. Bahkan bintang hantu. Benda langit ini
bukan bintang sejati melainkan salah satu penjelajah kecil di tata surya yaitu
meteor. Keberadaannya baru disadari tahun 1803 saat di Perancis terjadi
"hujan meteor".
Meteor
Meteor berasal dari materi debu dan batuan aneka ukuran yang
jumlahnya bertrilyun buah mengisi ruang di tata surya. Yang dekat planet bisa
jatuh ke planet termasuk bumi akibat gaya grafitasi. Bila ke bumi akan menembus
angkasa dan bergesekan dengan materi atmosfer lalu terbakar. Umumnya berpijar
di ketinggian antara 50 - 150 km. Saat terbakar itulah disebut meteor, sementara
calon meteor disebut meteoroid.
Bila meteoroid-nya besar dan tidak habis terbakar, sisanya
sampai di bumi disebut meteorit. Lokasi jatuhnya pun tersebar diseluruh muka
bumi. Semisal di Hoba-Afrika (60 ton), Greenland (36 ton), bahkan di Indonesia
ditemui beberapa cukup besar. Kalau yang jatuh berukuran besar, dampaknya luar
biasa. Ini tidak lepas dari kecepatan jatuhnya yang bisa mencapai 60 km/detik.
Umumnya kalau jatuh di daratan akan akan membentuk semacam kawah seperi di
Arizona-Amerika Serikat, yaitu kawah Barringer yang dalamnya 200 m dengan
diameter 1.250 m.
Dari penelitian ternyata meteoroid bukan hanya berasal dari
materi antar planet, namun juga dari bulan, planet mars, komet, asteroid, dsb.
Kini diketahui unsur pembentuk meteoroid umumnya terdiri dari batuan silikat
(jenis aerolit), logam (siderit), atau campuran (siderolit/litosiderit).
Terbanyak jenis aerolit, 61%.
Kawah meteor
Pada waktu tertentu dan secara berkala tiap tahun, terjadi
fenomena hujan meteor. Arah datangnya seolah dari satu titik (titik radian)
akibat perspektif belaka, ibarat melihat rel kereta api yang bertemu
dikejauhan. Hujan meteor ternyata berkait erat dengan penjelajah kecil lainnya
yaitu komet dan asteroid.
Mengenai komet, penampakannya di malam hari khas mirip dengan
sebentuk ekor dan itulah yang menyebabkan dia dijuluki bintang berekor. Ada
yang menamakan lintang kemukus, bintang sapu, bintang berasap, bahkan si rambut
gondrong. Penampilannya memang berbeda dengan benda langit lainnya. Wajahnya
agak kabur berkabut termasuk ekornya yang kadang sangat panjang. Sebagai salah
satu penjelajah kecil di tata surya, komet juga mengedari matahari. Bila
mendekati bumi, komet bisa dilihat bahkan kadang cemerlang. Pergeserannya yang
sangat lambat berlatar belakang bintang membuatnya dapat diamati berhari-hari
bahkan sampai terbilang bulan.
Banyak ahli yang mencoba menguak misteri komet yang ternyata
jumlahnya sangat berlimpah. Antara lain Halley dengan perhitungan orbitnya,
Whipple yang meneliti struktur intinya, Jan Oort yang menguak daerah asalnya,
dsb. Kini telah dikenal komet berperiode panjang semisal komet Kohoutek,
Hyakutake, Hale-Bopp. Ada yang berperiode pendek semisal komet Halley, Biela,
dan Encke. Ini berkait dengan periode edarnya. Ada pula komet yang begitu dekat
dengan matahari sedemikian hingga hancur lebur. Yang unik, ada komet yang tidak
mengedari matahari melainkan mengedari planet jupiter. Terdapat 40-an komet,
salah satunya Shoemaker-Levy 9 yang hancur pada tahun 1994 karena jatuh ke
planet tersebut.
Sebenarnya komet terdiri dari bongkahan salju kotor berasal
dari pinggiran tata surya yang karena gangguan tertentu mendekati matahari.
Dengan adanya kombinasi tekanan radiasi dan lontaran angin matahari akhirnya
terlihat seperti bintang berekor karena membubuskan materi. Melihat hal ini,
maka sepanjang jejaknya penuh materi dan kalau bumi masuk ke jejak tersebut
dapat menyebabkan hujan meteor.
Batu Asteroid
Ada satu lagi penjelajah kecil yaitu asteroid yang jumlahnya
jutaan. Uniknya sebagian besar mengedari matahari di antara planet mars dan
jupiter, membentuk daerah sabuk asteroid. Struktur sebarannya mirip cincin
planet saturnus. Penemuan asteroid secara tidak sengaja saat astronom Jerman,
Bode dan rekannya Titius, merumuskan secara matematika jarak planet ke matahari
(hukum Titus-Bode). Asteroid pertama ditemukan Piazzi tahun 1801, sekaligus
asteroid terbesar berdiameter 933 km bernama Ceres. Karena ciri dan sifatnya,
asteroid juga disebut planet kecil, planet minor, atau planetoid. Ada dugaan
asteroid berasal dari hancurnya planet di antara mars - jupiter. Unsur pada
asteroid ternyata hampir sama dengan yang ada pada meteoroid.
Kini diketahui, banyak asteroid yang lintas orbitnya tidak
di sabuk asteroid. Yang mendekati matahari disebut gugus Apollo-Amor-Aten. Yang
mendekati bumi atau bahkan lintasan edarnya tumpang tindih dengan orbit umi
biasa disebut EGAs (earth grazer asteroids). EGAs menjadi perhatian sebab
sangat berpotensi menabrak bumi. Apabila ukurannya dalam orde kilometer, sangat
tidak diharapkan. Nyatanya kecemasan akan hal ini beralasan mengingat sejarah
bumi. Banyak terjadi pada masa lalu si penjelajah kecil tata surya ini mampir
layaknya meteor raksasa. Bahkan punahnya dinosaurus diduga kuat berkaitan erat
dengan peristiwa jatuhnya asteroid.
Penelitian terhadap penjelajah kecil ini bukan hanya
dilakukan dari bumi, melainkan sudah banyak wahana antariksa yang ditugaskan
untuk mengamatinya. Semisal wahana ICE (International Comet Explore, 1978).
Lalu tahun 1985 diluncurkan Sakigake, Suisei, Vega 1, Vega 2, Giotto. Yang saat
ini masih mengelana guna meneliti si penjelajah kecil baik secara langsung
maupun tidak adalah Galileo (1989), Hubble Space Telescope (1990), Solar and
Heliospheric Observatory (1995), Near-Earth Asteroid Redezvous (1996), Stardust
(1999), dan Deep Space (1999).
Banyak sudah hasil dari wahana antariksa ini. Struktur dan
unsur pembentuk komet semakin terkuak. Asteroid pun ada yang memiliki satelit
seperti asteroid Ida dengan satelitnya Dactyl. Namun demikian, sebenarnya masih
banyak misteri tentang penjelajah kecil ini. Masih ada beberapa jenis
penjelajah kecil lainnnya yang sampai kini terus diteliti seperti materi sabuk
kuiper yaitu materi di luar orbit neptunus yang mirip asteroid. Lalu obyek
centaurus atau plutinus yaitu dalam peredarannya mirip planet pluto. Bahkan
pluto sendiri keberadaannya masih terus diperdebatkan, apakah planet sejati
atau tergolong obyek centaurus.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar